Adi Firansyah.Com

Malaysia Blog

Afiq's Blog

Blog Linda

Monday, January 28, 2008

Apakah Itu Kajian Geografi?

Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").

Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).

Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

Sejarah Geografi

Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.

Pada Jaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama jaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.

Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar jaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.

Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.

Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.

Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).

Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.

Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.

Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.

Metode

Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis komputer.

Geografer menggunakan empat pendekatan:

* Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global
* Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.
* Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.
* Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu.

Cabang

Geografi fisik

Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota tata surya yang lain. Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.

Topik terkait: atmosfer - kepulauan - benua - gurun - pulau - bentuk muka bumi - samudera - laut - sungai - danau - ekologi - iklim - tanah - geomorfologi - biogeografi - garis waktu geografi, paleontologi - paleogeografi - hidrologi.

Geografi manusia

Cabang geografi manusia, atau politik/budaya - juga disebut antropogeografi yang fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena dunia. Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia lainnya, dan pada transformasi makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia. Bisa dibagi menjadi: geografi ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik), geografi sosial (termasuk geografi kota), geografi feminisme dan geografi militer.

Topik terkait: Negara-negara di dunia - negara - bangsa - negara bagian - perkumpulan individu - provinsi - kabupaten - kota - kecamatan

Geografi manusia-lingkungan

Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya berinteraksi. walaupun paham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang, masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar manusia dengan alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan: ekologi budaya dan politik dam penelitian resiko-bencana.

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional Development Planning (RRDP).

Ekologi budaya dan politik

Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Ilmu keberlanjutan (sustainability) kemudian tumbuh dari tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa geografer menggunakan aspek geografi kritis untuk melihat hubungan kekuatan alam dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia. Misalnya, studi yang berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat bahwa kelaparan di Sahel disebabkan oleh perubahan sistem politik dan ekonomi di wilayah itu sebagai hasil dari kolonialisme dan menyebarnya praktek kapitalisme.

Penelitian resiko-bencana

Penelitian pada bencana dimulai oleh Gilbert F. Withe, yang mencoba memahami mengapa orang tinggal dataran banjir yang mudah terkena bencana. Sejak itu, bidang ini berkembang menjadi multi disiplin dengan mempelajari bencana alam (seperti gempa bumi) dan bencana teknologi (seperti kebocoran reaktor nuklir). Geografer yang mempelajari bencana tertarik pada dinamika bencana dan bagaimana manusia dan masyarakat menghadapinya.

Geografi sejarah

Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari berbagai tempat di bumi berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi merupakan satu dari banyak kunci atas bidang ini - banyak disimpulkan tentang pengaruh masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.

Ada apa dibalik nama? Geografi sejarah dan kampus Berkeley

"Geografi Sejarah" tentu saja merupakan akibat timbal-balik dari geografi dan sejarah. Tetapi di Amerika Serikat, mempunyai arti yang yang lebih spesifik. Nama ini dikenalkan oleh Carl Ortwin Sauer dari Universitas California, Berkeley dengan programnya me-reorganisir geografi budaya (beberapa orang menyebutkan semua geografi) pada semua wilayah, dimulai pada awal abad ke-20.

Bagi Sauer, muka bumi dan budaya di atasnya hanya bisa dipahami jika mempelajari semua pengaruhnya (fisik, budaya, ekonomi, politik, lingkungan) menurut sejarah. Sauer menekankan kajian wilayah sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan kekhususan pada wilayah di atas bumi.

Filosofi Sauer merupakan pembentuk utama pemikiran geografi di Amerika pada pertengahan abad ke-20. Sampai sekarang kajian wilayah masih menjadi bagian departemen geografi di kampus-kampus di AS. Tetapi banyak geografer beranggapan ini akan membahayakan ilmu geografi itu sendiri untuk jangka panjang: penyebabnya adalah terlalu banyak pengumpulan data dan klasifikasi, sementara analisis dan penjelasannya terlalu sedikit. Studi ini menjadi lebih spesifik pada wilayah sementara geografer angkatan berikutnya berusaha mencari nama yang tepat untuk ini. Mungkin ini yang menyebabkan krisis 1950-an pada geografi yang hampir menghancurkannya sebagai disiplin akademis.

Teknik Geografis

Bagian ini perlu dirapikan. Bantulah kami untuk melakukannya.

* Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung' di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas 'ground truth', yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.

Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi, dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu memberikan synoptic overview --pandangan secara ringkas namun menyeluruh-- atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis dan kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau fakultas) geografi.

Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual dan metode penginderaan jauh digital. Penginderaan jauh manual memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy' (foto udara, citra hasil pemindaian skaner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara manual/visua]. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format digital, misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara yang sudha tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan menganalisisnya dengan bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadi peta tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation), yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis citra digital menurunkan peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebutd dapat di-'lay out' dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem informasi geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik toak para geografiwan dalam menjalankan kajian geografinya.

* Kartografi mempelajari representasi permukaan bumi dengan simbol abstrak. Bisa dibilang, tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan penyebab meluasnya kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan mereka pada geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil mereka. walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta untuk menampilkan hasil analisisnya, pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak untuk dianggap sebagai ilmu terpisah.

Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa dimengerti orang lain secara efektif, dan psikologi perilaku untuk mempengaruhi pembaca memahami informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi dan matematika yang tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi berpengaruh pada penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.

* Sistem Informasi Geografis membahas masalah penyimpanan informasi tentang bumi dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat secara informasi. Sebagai tambahan pada subdisiplin ilmu geografi lainnya, spesialis SIG harus mengerti ilmu komputer dan sistem database. SIG memacu revolusi kartografi sehingga sekarang hampir semua pembuatan peta dibuat dengan piranti lunak (software) SIG.

* Metode kuantitatif geografi membahas metode numerik yang khas (atau paling tidak yang banyak ditemukan) dalam geografi. Sebagai tambahan pada analisis keruangan, anda mungkin akan menemukan analisis klaster, analisis diskriminan dan uji statistik non-parametris pada studi geografi.

Bidang Terkait

Perencanaan Kota dan Wilayah

Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat desa dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).

Ilmu Wilayah

Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.

Pendidikan Tinggi Geografi

Di Indonesia, dalam lingkungan Perguruan Tinggi Geografi hanya dibuka di dua perguruan tinggi negeri (Universitas Indonesia (UI) dan UGM (Universitas Gadjah Mada) dan satu perguruan tinggi swasta (Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Di UI, Geografi menjadi jurusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Geografi dipelajari sebagai bagian terapan ilmu-ilmu murni sejajar dengan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Sedangkan di UGM, Geografi telah berkembang lebih jauh sehingga menjadi Fakultas tersendiri sejak tahun 1963.

Fakultas Geografi UMS didirikan oleh sejumlah alumni dan dosen Fakultas Geografi UGM. Para Alumni Pendidikan Tinggi Geografi kemudian membentuk sebuah asosiasi profesi yang disebut dengan Ikatan Geografiwan Indonesia (IGI). Disamping itu, dalam wadah yang lebih sempit, para Geografiwan dari UGM juga mempunyai wadah Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada (disingkat IGEGAMA).

Bakosurtanal, salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berkumpul banyak alumni Geografi, baik dari UI, UGM maupun UMS.

L’alpinisme, l’exploration et la philanthropie 1919-2008

Edmund Hillary est né le 20 juillet 1919 à Auckland, en Nouvelle-Zélande. Peu de temps après sa naissance, sa famille a déménagé au sud de la ville de Tuakau, où son père, Auguste Percival Hillary, acquis des terres.

Dès son jeune âge, Hillary était intéressé à avoir une vie d’aventure et quand il avait 16 ans, il est attiré par l’escalade après un voyage scolaire au mont Ruapehu, situé sur l’île du Nord de Nouvelle-Zélande. Après le lycée, il a étudié les mathématiques et les sciences à l’Université d’Auckland. En 1939, Hillary mettre ses intérêts escalade à l’épreuve par summiting les 6342 pieds (1933 m) Mont Ollivier dans les Alpes du Sud.

En entrant dans la vie active, Hillary a décidé de devenir un apiculteur avec son frère Rex, car il s’agit d’un emploi saisonnier qui lui a permis de monter la liberté quand il ne travaillait pas.

Durant son temps libre, Hillary a grimpé de nombreuses montagnes de Nouvelle-Zélande, les Alpes, et éventuellement l’Himalaya, où il a confronté 11 sommets de plus de 20000 pieds (6096 mètres) d’altitude.

Mont Everest
Après l’escalade de ces divers autres sommets, Hillary a commencé à mettre ses vues sur la plus haute montagne du monde, le mont Everest. En 1951 et 1952, il se joint à deux expéditions de levés et a été reconnue par Sir John Hunt, chef de l’expédition prévue 1953 parrainé par le Comité mixte de l’Himalaya du Club alpin de Grande-Bretagne et la Royal Geographic Society.

Depuis le nord sur la route du col tibétain flanc de la montagne a été fermé par le gouvernement chinois, de l’expédition de 1953 a tenté d’atteindre le sommet par l’itinéraire du col du Sud au Népal. Comme la montée progressé, toutes, sauf deux, les grimpeurs ont été contraints de descendre de la montagne en raison de la fatigue et les effets de la haute altitude.

Les deux grimpeurs ont été laissés Hillary et Tenzing Norgay Sherpa. Après le dernier effort pour l’ascension, l’ascension au sommet de la paire de 29035 pieds (8849 m) au sommet du mont Everest à 11h30, le 29 mai 1953.

À l’époque, Hillary a été le premier occidental à atteindre le sommet et, par conséquent, est devenu célèbre dans le monde mais plus particulièrement au Royaume-Uni parce que l’expédition était dirigée britannique. En conséquence, Hillary a été fait chevalier par la reine Elizabeth II, alors que lui et le reste de la grimpeurs renvoyés dans le pays.

Post-exploration de l’Everest
Après son succès sur le mont Everest, Hillary a continué l’escalade dans l’Himalaya. Toutefois, il a également tourné son intérêt vers l’Antarctique et de l’exploration. De 1955-1958, il a dirigé la section de la Nouvelle-Zélande le Commonwealth Trans-Antarctic Expedition et en 1958, il faisait partie de la première expédition mécanisé vers le pôle Sud.

En 1985, Hillary et Neil Armstrong a survolé l’océan Arctique et atterrit au Pôle Nord, faisant de lui la première personne à atteindre les deux pôles et le sommet de l’Everest.

Philanthropie

En plus de l’alpinisme et l’exploration de diverses régions du monde, Hillary était très soucieux du bien-être de la population népalaise. Pendant les années 1960, il a passé beaucoup de temps au Népal aider à la développer en construisant des dispensaires, les hôpitaux et les écoles. Il a également fondé l’Himalaya Trust, une organisation dédiée à l’amélioration de la vie des personnes vivant dans l’Himalaya.

Bien qu’il ait contribué à développer la région, Hillary est également préoccupé par la dégradation de l’environnement unique de l’Himalaya Mountains et les problèmes qui pourraient survenir avec l’augmentation du tourisme et de l’accessibilité. En conséquence, il a persuadé le gouvernement de protéger la forêt en faisant de la zone située autour du mont Everest un parc national.

Afin d’aider ces changements vont plus en douceur, Hillary également persuadé Nouvelle Zealandà¢ à ¢ â € šÂ ¬ à ¢ â € žÂ ¢ s du gouvernement afin de fournir une aide à ces régions au Népal qui en avaient besoin. En outre, Hillary a consacré le reste de sa vie à l’environnement et à l’action humanitaire sur le nom de la population népalaise.

En raison de ses nombreuses réalisations, Sir Edmund Hillary a été reconnu non seulement par la Grande-Bretagne, mais il est également devenu membre de l’Ordre de la Nouvelle-Zélande en 1987 1995, et a reçu le prix Polar Médaille Sa participation à la Commonwealth Trans-Antarctic Expedition. De nombreuses rues et dans les deux écoles de la Nouvelle-Zélande et dans le monde entier sont aussi nommées pour lui, comme c’est le Hillary Step, techniquement exigeante de 40 pieds (12 m) sur la paroi rocheuse du sud-crête près du sommet du mont Everest.

Sir Edmund Hillary est décédé d’une crise cardiaque à l’hôpital d’Auckland en Nouvelle-Zélande le 11 janvier 2008. Il a 88 ans.

La plus haute montagne du monde - le mont Everest
Avec une altitude maximale de 29035 pieds (8850 mètres), le sommet du mont Everest est le point le plus élevé du monde d’altitude. Comme la plus haute montagne du monde, l’ascension vers le sommet du mont Everest a été un objectif de nombreux alpinistes pour de nombreuses décennies.

Mont Everest est situé à la frontière du Népal et du Tibet, en Chine. Mont Everest est situé dans l’Himalaya, les 1500 milles (2414 km) de long système montagneux, qui a été créé lors de la plaque indo-australienne s’est écrasé dans la plaque eurasienne. L’Himalaya est passé en réponse à la subduction de la plaque indo-australienne sous la plaque eurasienne. L’Himalaya continue de s’élever de quelques centimètres chaque année, alors que la plaque indo-australienne continue déplace vers le nord et en vertu de la plaque eurasienne.

Radhanath Sikdar géomètre indien, une partie de la conduite par les Britanniques de l’Inde, établi en 1852 que le mont Everest était la plus haute montagne du monde et a établi un premier altitude de 29000 pieds.

Le mont Everest était connu sous le nom de Peak XV par les Britanniques, jusqu’à ce qu’il soit donné son nom anglais de l’Everest en 1865. La montagne a été nommée d’après Sir George Everest, qui a servi de l’arpenteur général de l’Inde de 1830 à 1843.

Noms locaux pour inclure le mont Everest Chomolungma en tibétain (ce qui signifie “déesse mère du monde”) et de Sagarmatha en sanskrit (ce qui signifie «Océan mère».)

Le sommet de l’Everest a trois côtés un peu à plat, c’est à dire la forme d’une pyramide à trois faces. Couverture de glace des glaciers et les flancs de la montagne. En juillet, les températures peuvent atteindre près de zéro degrés Fahrenheit (environ -18 Celsius). En janvier, les températures descendent à aussi bas que -76 ° F (-60 ° C).

Expéditions vers le haut de l’Everest

Malgré le froid extrême, des vents d’ouragan, et de faibles niveaux d’oxygène (environ un tiers de l’oxygène de l’atmosphère au niveau de la mer), les grimpeurs cherchent à escalader le Mont Everest avec succès chaque année. Depuis la première ascension historique du Néo-Zélandais en 1953, plus de 2000 personnes ont réussi à escaladé le Mont Everest.

Malheureusement, en raison des dangers et des rigueurs d’escalader une montagne dangereuse, plus de 200 sont morts tentant de grimper - rendant le taux de mortalité pour les alpinistes sur le mont Everest 1 et 10. Néanmoins, à la fin du printemps ou en été, l’escalade de la saison, il peut y avoir des dizaines de grimpeurs de tenter d’atteindre le sommet du Mont Everest chaque jour.

Le coût d’escalader le mont Everest est considérable. Le permis délivré par le gouvernement du Népal peuvent fonctionner à partir de 10000 $ à 25000 $ par personne, selon le nombre dans un groupe de grimpeurs. Ajoutez à cela l’équipement, Sherpa guides, des permis supplémentaires, des hélicoptères, et d’autres produits essentiels et le coût par personne peut être bien plus de 65000 $.

1999 Élévation de l’Everest

En 1999, les grimpeurs utilisent le GPS (Global Positionning System), un nouveau matériel de déterminer la hauteur de Mont Everest - 29035 pieds au-dessus du niveau de la mer, sept pieds (2,1 mètres) au-dessus de la hauteur précédemment accepté de 29028 pieds. La montée de déterminer la hauteur exacte a été co-parrainée par la National Geographic Society et Boston Museum of Science. Cette nouvelle 0f hauteur de 29035 pieds a été immédiatement et largement acceptées.

Mont Everest vs Mauna Kea

Bien que le mont Everest peut revendiquer le record pour le plus haut point au-dessus du niveau de la mer, la plus haute montagne de la terre à partir de la base de la montagne au sommet de la montagne, n’est autre que le Mauna Kea à Hawaii. Mauna Kea est 33480 pieds (10204 mètres) de hauteur de la base (en bas de l’océan Pacifique) à pic. Toutefois, il ne fait que monter à 13796 pieds (4205 mètres) d’altitude.

Indépendamment, le mont Everest sera toujours célèbre pour son extrême hauteur qui atteint près de cinq milles et demi (8,85 km) dans le ciel.

Montañismo, Exploración, y Filantropía 1919-2008

Edmund Hillary nació el 20 de julio de 1919 en Auckland, Nueva Zelanda. Poco después de su nacimiento, su familia se mudó al sur de la ciudad a Tuakau, donde su padre, Augusto Percival Hillary, la tierra adquirida.

Desde una edad temprana, Hillary estaba interesado en tener una vida de aventura y cuando tenía 16, llegó a ser atraídos por la escalada de montaña después de un viaje escolar a Monte Ruapehu, situada en la Isla Norte de Nueva Zelandia. Después de la escuela secundaria, se fue a estudiar matemáticas y ciencias en la Universidad de Auckland. En 1939, Hillary poner su escalada intereses a la prueba de la cumbre 6342 pies (1933 m), Monte Ollivier en el sur de los Alpes.

Al entrar en la fuerza de trabajo, Hillary decidió convertirse en un apicultor con su hermano Rex, ya que es un trabajo de temporada que le permitió la libertad de subir cuando no estaba trabajando.

Durante su tiempo libre, Hillary escaló muchas montañas de Nueva Zelanda, los Alpes, los Himalayas y, en última instancia, cuando se enfrentó con 11 picos de más de 20000 pies (6096 metros) de altitud.

Monte Everest
Después de la escalada estos otros picos, Hillary comenzó a fijar su mira en la montaña más alta del mundo, el Monte Everest. En 1951 y 1952, se unió a dos expediciones de estudio y fue reconocido por Sir John Hunt, jefe de la expedición prevista 1953 patrocinado por el Comité Mixto del Himalaya Club Alpino de Gran Bretaña y la Real Sociedad Geográfica.

Desde el Norte Col ruta en el lado tibetano de la montaña fue cerrada por el gobierno chino, la expedición 1953 trató de llegar a la cumbre a través de la ruta Col Sur en Nepal. Como la subida avanzado, todos menos dos escaladores se vieron obligados a descender de la montaña debido a la fatiga y los efectos de la gran altitud.

Los dos escaladores izquierda se Hillary y Sherpa Tenzing Norgay. Después de la ofensiva final de la ascensión, la pareja se subió encima de los 29.035 pies (8.849 m) la cumbre del Monte Everest a las 11:30 horas del 29 de mayo de 1953.

En el momento, Hillary fue el primer occidental en llegar a la cumbre y, en consecuencia, se hizo famoso en todo el mundo, pero muy particularmente en el Reino Unido ya que la expedición fue dirigida por británicos. Como resultado de ello, Hillary fue knighted por la Reina Isabel II cuando él y el resto de los expedicionarios regresaron al país.

Post-Everest exploración
Después de su éxito en el Monte Everest, Hillary continua escalada en el Himalaya. Sin embargo, también dirigió su interés hacia la exploración de la Antártida y allí. A partir de 1955-1958, dirigió la sección de Nueva Zelandia de la Commonwealth Trans-Expedición Antártica y, en 1958, fue parte de la primera expedición mecanizados al Polo Sur.

En 1985, Hillary y Neil Armstrong voló sobre el Océano Ártico y aterrizó en el Polo Norte, lo cual lo convirtió en la primera persona en alcanzar los dos polos y la cumbre del Everest.

Filantropía

Además de alpinismo y la exploración de las diversas regiones de todo el mundo, Hillary fue muy preocupado con el bienestar de los nepaleses. Durante la década de 1960, pasó una gran cantidad de tiempo en Nepal es ayudar a desarrollar mediante la construcción de clínicas, hospitales y escuelas. También fundó el Himalaya Trust, una organización dedicada a mejorar las vidas de las personas que viven en el Himalaya.

Aunque él ayudó en el desarrollo de la zona, Hillary fue también preocupados por la degradación del ambiente único de las montañas del Himalaya y de los problemas que se producirían con el incremento del turismo y la accesibilidad. Como resultado, él persuadió al gobierno a proteger el bosque haciendo que la zona en torno a Monte Everest un parque nacional.

Con el fin de ayudar a estos cambios funcionen más adecuadamente, Hillary también persuadió Nueva Zealandà¢ à ¢ â € šÂ ¬ à ¢ â € žÂ ¢ s del gobierno para prestar ayuda a las zonas en Nepal que la necesitan. Además, Hillary dedicó el resto de su vida a la labor humanitaria y el medio ambiente en el nombre del pueblo nepalés.

A causa de sus muchos logros, Sir Edmund Hillary fue reconocido no sólo por Gran Bretaña, pero también se convirtió en miembro de la Orden de Nueva Zelanda en 1987 1995, y fue galardonado con la Medalla de Polar Su participación en la Commonwealth Trans-Expedición Antártica. Numerosas calles y escuelas en Nueva Zelanda y en todo el mundo son mencionados también para él, como es el Paso Hillary, un técnico exigente 40 pies (12 m) en la pared de roca Sudeste cresta cerca de la cima del Monte Everest.

Sir Edmund Hillary murió de un ataque al corazón en el Hospital de Auckland, en Nueva Zelandia el 11 de enero de 2008. Él fue de 88 años de edad.

La montaña más alta del mundo - el Monte Everest
Con un pico de elevación de 29035 pies (8850 metros), la cima del monte Everest es el punto más alto del mundo sobre el nivel del mar. Como la montaña más alta del mundo, la escalada a la cima del Monte Everest ha sido el objetivo de muchos alpinistas por muchas décadas.

Monte Everest se encuentra en la frontera de Nepal y el Tíbet, China. Monte Everest se encuentra en el Himalaya, las 1500 millas (2414 kilometros) de largo sistema montañoso que se formó cuando la placa indo-australiana se estrelló en la placa euroasiática. El Himalaya se elevó en respuesta a la subducción de la placa indo-australiana bajo la placa euroasiática. El Himalaya continúan aumentando de unos pocos centímetros cada año como la placa indo-australiana sigue avanzando hacia el norte y en virtud de la placa euroasiática.

India agrimensor Radhanath Sikdar, parte de la británica dirigida por el Estudio de la India, determinó en 1852 que el monte Everest es la montaña más alta del mundo y ha establecido una primera elevación de 29000 pies.

Monte Everest era conocido como el Pico XV por los británicos hasta que se le dio su nombre actual de Inglés del Monte Everest en 1865. La montaña es el nombre de Sir George Everest, quien se desempeñó como el Topógrafo General de la India desde 1830 hasta 1843.

Nombres locales para incluir el Monte Everest Chomolungma en tibetano (que significa “Diosa madre del mundo”) y de Sagarmatha, en sánscrito (que significa “Océano madre”.)

El pico del monte Everest tiene tres lados algo plana; se dice que es la forma de una pirámide de tres lados. Los glaciares y el hielo cubren los lados de la montaña. En julio, las temperaturas pueden llegar tan alto como casi cero grados Fahrenheit (alrededor de -18 grados Celsius). En enero, la temperatura desciende a tan bajas como -76 ° F (-60 ° C).

Expediciones a la Cima del Monte Everest

A pesar del frío extremo, el huracán de la fuerza de los vientos, y los bajos niveles de oxígeno (alrededor de un tercio de la de oxígeno en la atmósfera como en el nivel del mar), los escaladores exito tratar de escalar el monte Everest cada año. Desde la primera subida histórica de Nueva Zelanda en 1953, más de 2000 personas han escalado el monte Everest.

Lamentablemente, debido a los riesgos y rigores de esa peligrosa escalada de montaña, más de 200 han muerto tratando de escalar - que la tasa de mortalidad para los escaladores del Everest alrededor de 1 en 10. No obstante, en la final de la primavera o el verano, la temporada de ascenso, puede haber decenas de escaladores que intentan llegar a la cima del Monte Everest cada día.

El costo de escalar el monte Everest es sustancial. El permiso del gobierno de Nepal puede ejecutar de $ 10000 a $ 25000 por persona, dependiendo del número, en un grupo de escaladores. Añadir a la que el equipo, Sherpa guías, permisos adicionales, helicópteros, y otros productos esenciales, y el costo por persona puede ser más de $ 65000.

1999 Elevación del Monte Everest

En 1999, los escaladores utilizando el GPS (Sistema de Posicionamiento Global) determinará un nuevo equipo de altura para el Monte Everest - 29035 pies sobre el nivel del mar, siete pies (2,1 metros) por encima de los anteriormente aceptados 29028 pies de altura. La subida para determinar la altura exacta fue co-patrocinado por la National Geographic Society de Boston y el Museo de la Ciencia. Este nuevo 0f 29035 pies de altura fue inmediata y ampliamente aceptado.

Monte Everest vs Mauna Kea

Mientras que el Monte Everest puede reclamar el récord de el punto más alto sobre el nivel del mar, la montaña más alta de la Tierra desde la base de la montaña hasta la cima de la montaña no es otro que el de Mauna Kea en Hawaii. Mauna Kea es 33480 pies (10204 metros) de altura desde la base (en el fondo del Océano Pacífico) a la punta. Sin embargo, sólo se eleva a 13796 pies (4205 metros) sobre el nivel del mar.

Independientemente, el Monte Everest siempre será famoso por su extrema altura que alcanza casi cinco y media millas (8,85 km) en el cielo.